Sabtu, 23 Maret 2019

Perbedaan Fobia dan Trauma

Tak Sama, Kenali Perbedaan Fobia dan Trauma



Banyak orang yang masih salah kaprah dengan fobia dan trauma. Meskipun sama-sama menakutkan, ternyata fobia dan trauma itu berbeda.
Seperti apa perbedaannya, dan apakah trauma bisa memicu fobia pada diri Moms, atau sebaliknya? Yuk cari tahu lebih lengkapnya di sini.

Mengenal Fobia

Menurut laporan dari situs Medical News Today, fobia adalah sejenis gangguan kecemasan yang membuat seseorang mengalami ketakutan berlebihan dan tidak rasional mengenai situasi, tempat, seekor binatang, bahkan sebuah benda.
Bukan sekedar ketakutan biasa, orang yang memiliki fobia mengaku paham tentang ketidakrasionalan akan ketakutan mereka tapi respon ketakutan tersebut bukanlah ada dalam kendali mereka.
Beberapa gejala yang biasanya muncul dari seorang pengidap fobia adalah berkeringat, sakit di area dada, dan sensasi ditusuk-tusuk jarum. Perlu diketahui bahwa gejala dan respon setiap orang pengidap fobia berbeda-beda.

Pengertian Trauma

Bedanya dengan fobia, trauma, yang terlapor di situs Center For Anxiety Disorders adalah respon emosional akan sebuah peristiwa atau pengalaman yang sangat mengganggu.
Hal ini merujuk pada kejadian seperti kecelakaan, cedera, dan kehilangan orang yang dicintai.
Kejadian yang lebih ekstrim yang bisa menimbulkan trauma mencakup pengalaman yang bersifat sangat merusak seperti pemerkosaan atau penyiksaan.
Beberapa gejala yang ditimbulkan seseorang yang mengalami trauma adalah marah, kilas balik, rasa sedih dan putus asa, emosi yang tidak bisa ditebak, dan secara fisik ditandai dengan mual dan sakit kepala.

Apakah Trauma dan Fobia Saling Terkait?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko gangguan kecemasan, termasuk fobia, bisa meningkat pada bulan-bulan setelah trauma serius.
Selain itu, beberapa gejala trauma dapat mencerminkan gejala fobia, sehingga membuat diagnosis lebih sulit.
Jika dilihat lebih spesifik, total ada 17 gejala ketika seseorang mengalami trauma.
Jika dibagi menjadi tiga kategori, gejala-gejala tersebut adalah kilas balik, hyperarousal, dan penghindaraan. Tiga kategori ini adalah tanda-tanda yang mirip dengan orang pengidap fobia.

Seperti Apa Penanganan Terhadap Fobia dan Trauma?

Menangani fobia dapat dilakukan dengan terapi psikologi, salah satunya dengan terapi perilaku kognitif.
Melalui terapi tersebut pengidap fobia mengatasi ketakutannya dengan cara dihadapkan dengan sumber ketakutannya. Ini dilakukan secara bertahap sampai rasa takut itu berkurang dan sang pengidap fobia bisa mengendalikan fobia yang dialaminya.
Selain terapi, ada pula pembantu dalam bentuk obat-obatan. Ada obat penghambat pelepasan serotonin (SSRIs) yang kerjanya mempengaruhi hormon serotonin (menciptakan dan mengatur suasana hati).
Obat beta blockers yang fungsinya menghambat reaksi-reaksi seperti badan gemetar, jantung berdebar, atau meningkatnya tekanan darah. Obat benzodiazepine untuk mengatasi kecemasan yang parah.
Untuk penanganan terhadap trauma, bisa dilakukan dengan bercerita kepada orang terdekat mengenai segala ketakutan dan perasaan yang dirasakan.
Mengalihkan perhatian dengan cara melakukan kegiatan yang lebih menarik juga patut dicoba, misalnya dengan menulis supaya memampukan kita untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaan terdalam. Dan cara yang paling sulit adalah menghadapinya.
Bukan sesuatu yang mudah dan butuh waktu untuk bisa mencapai tahap ini, tapi solusi ini juga tak ada ruginya untuk dicoba untuk setidaknya mengurangi rasa takut yang berlebihan.
Namun, perlu dipahami bila trauma sudah terlampau parah, tak ada salahnya mencari bantuan profesional.
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah ketakutan yang terus berlanjut akibat sebuah peristiwa dan membutuhkan bantuan psikoterapi untuk menanganinya.
Bantuan yang akan diberi oleh psikiater adalah dengan memahami, mengelola, dan mengembangkan sebuah cara yang spesifik untuk menghilangkan trauma tersebut, dan ada pula kemungkinan untuk dibantu dengan obat-obatan untuk mengendalikan rasa sedih.
Fobia dan trauma adalah penyakit yang tidak sesederhana yang dibayangkan, dan tidak mudah pula proses pemulihannya.
Tapi dengan kegigihan dan ketangguhan, tidak ada yang tidak mungkin. Jangan malu-malu untuk bercerita, jangan segan untuk mencari pertolongan.
(MDA)
Referensi: Medical News Today, centerforanxietydisorders.com, verywellmind.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar